Jumat, 20 November 2009

cerpen Malam Valentine

Malam Valentine

Ini malam Valentine. Seperti malam – malam sebelumnya, Angela pasti datang. Ada yang harus Igo sampaikan. Tapi itu pasti bisa bikin Angela nangis berhari – hari, bahkan mungkin berminggu – minggu..atau lebih. Igo ingin memutuskan hubungannya dengan Angela. Mungkin terdengar kejam. Tak apa, jika Igo dituduh cowok terkejam sedunia. Tapi keputusan itu harus dia lakukan malam ini juga! Tepat di malam Valentine.

Angela sebenarnya baik, cantik, setia, pokoknya gambaran cewek sempurna ada padanya. Sungguh, nggak ada orang ketiga, keempat atau kelima. Keputusan Igo untuk menyudahi hubungannya dengan Angela adalah sebuah kesadaran yang tepat. Dia harus menghapus file-nya tentang Angela. Peristiwa setahun lalu sebenarnya nggak pernah ada. Nggak pernah terjadi. Itu adalah kesalahan fatal yang sangat besar. Dia ingin kembali pada malam Valentine setahun yang lalu, dimana tak ada Angela dalam lembaran hidupnya.

Setahun lalu tepat di malam Valentine, pertemuan pertama Igo dengan Angela. Waktu itu Igo dan teman – teman cowoknya yang masih jomblo pada ngumpul. Seperti malam – malam sebelumnya. Tak ada yang istimewa pada malam itu. Apalagi sampai ada yang ingat itu malam Valentine. Sebodo amat mau malam kasih sayang atau kasih tak sampai sekalian kek!

Biasalah,namanya cowok kalau lagi ngumpul, pasti isengnya suka kambuh. Tanpa disengaja mereka mengundang kehadiran Angela. Pertemuan pertama membuat Igo langsung terhenyak. Matanya sampai tak bisa berkedip begitu sosok seksi nan mulus itu muncul. Badannya tinggi langsing. Rambutnya lurus sebahu, hitam legam. Senyumnya menawan. Suaranya lembut banget. Sayang, teman – temannya sudah keburu pulang, jadi tak sempat melihat keindahan yang begitu mempesona yang terpancar dari tubuh Angela. Igo tak menyangka ada makhluk perempuan secantik itu. Seperti di dongeng – dongeng antah berantah. Perempuan secantik dewi ternyata benar – benar ada. Tak salah kalau namanya Angela.

Pertama ngobrol, Igo sudah merasa cocok. Dan sejak itu Angela selalu datang ke kamarnya tiap malam. Ada saja hal yang mereka obrolkan. Dari masalah sandal jepit sampai polotik Angela menguasai betul. Topik yang sangat dia kuasai adalah tentang hidup. Banyak hal dalam dunia ini yang ternyata tidak dikuasai Igo dengan baik, tapi sangat dikuasai benar liku – likunya oleh Angela. Dari Angela, Igo banyak tahu hal tentang harga sebuah kehidupan.

Sayang Angela begitu pemalu. Dia selalu nolak dikenalin ke teman – teman Igo. Dia juga melarang Igo cerita tentang dirinya ke mereka. Padahal namanya cerita bahagia, Igo ingin seluruh dunia tahu. Tapi yaaaah, mau gimana lagi kalau Angela tidak mau. Masa dipaksa? Nggak mungkin banget. Akhirnya kisah itu hanya Igo simpan untuk dirinya sendiri.

Angela begitu lemah lembut, pengertian dan sabar. Siapa saja cowok yang mengenalnya, pasti langsung jatuh cinta. Demikian juga dengan Igo. Tapi Igo sadar, ada satu tembok tinggi yang gak mungkin bisa mereka lalui. Terutama keluarganya. Mereka pasti sangat menentang hubungan ini.

Sering Igo deg – degan takut hubungannya dengan Angela diketahui keluarganya. Ngapain malam – malam cewek datang ke kamar cowok? Dia pasti perempuan nggak benar. Begitu pasti komentar mama kalau tahu Angela ada di kamarnya tiap malam. Tapi Igo berani bersumpah, dia tidak pernah melakukan hal yang terlarang dengan Angela. Menyentuhnya pun tidak. Serius, mereka Cuma ngobrol. Berbagi pengalaman. That’s it. Tak lebih dari itu.

Malam itu udara begitu semilir. Igo membuka jendela kamarnya yang terletak di lantai dua lebar – lebar. Sambil menikmati udara malam, Igo menanti kedatangan Angela. Menatap pemandangan luar dari jendela.

“ Ayo, tebak aku siapa?” sebuah suara lembut berbisik di belakangnya. Igo langsung tahu itu suara siapa.

“ Eit, jangan noleh,” kata suara itu lagi.

Igo meringis. “ Tebakan yang sangaaaat…gampang.”

“ Kamu memang jenius!” Wajah Angela kini ada di hadapan Igo. Senyum manisnya mengembang. Tulus seperti biasa. Igo menatap wajah putih Angela dalam.

“ Semakin hari, aku semakin jatuh cinta sama kamu,” kata Angela. Igo senang mendengarnya. Tapi malam ini ia tidak ingin mabuk kepayang.

Ada yang ingin aku sampaikan sama kamu,” kata Igo serius.

“ Tentang apa? Boleh aku tebak?” Angela balas memandangnya Igo dengan tatapan polosnya. Igo menghela napas berat. Kepalanya menggeleng.

“ Aku pengen ngomong serius sama kamu.”

“ Boleh ya nebak? “ Angela merengek seperti anak kecil.

Kalau sudah begitu Igo jadi nggak tega. Itulah kadang yang sering membuat Igo membatalkan pembicaraan serius ini. Sampai akhirnya berlarut hingga setahun hubungan mereka. Igo sadar sepenuhnya itu semua kesalahan dia karena nggak bisa tegas. Akhirnya Igo mengangguk.

“ Ini tentang hubungan kita? “ tebak Angela. Igo mengangguk sekali lagi.

“ Hmm, kamu pengen kita serius?”

“ Kamu pengen kita seserius apa?” Igo tak tega menggeleng. Dia malah mengarahkan pembicaraan ke hal yang sangat melenceng.

“ Kenalkan aku ke orangtuamu,” bisik Angela lembut di telinga Igo. Igo membelalakkan matanya. “ Gimana caranya?”

“ Aku akan muncul dihadapan mereka.”

“ Itu nggak mungkin. Mereka pasti heboh. ”

“ Atau aku datang dalam mimpi mereka?”

“ Kamu jangan bercanda, Angela.”

“ Terus aku harus giman dong?” suara Angela terdengar putus asa, tapi dia tetap berusaha tersenyum.

“ Hubungan ini nggak mungkin, Angela.”

“ Tapi kita saling mencintai.”

“ Jadi maksud kamu mau mutusin aku?”

Igo hanya menghela napas panjang sebagai jawabannya. Angela langsung menagis sesegukkan. Igo jadi tak tega melihatnya. Dia ingin melihatnya. Dia ingin memeluk, menenangkan Angela, tapi apa daya dia tak mampu menyentuhnya. Tubuh Angela lembut seperti kabut.

“ Teganya kamu sama aku, Go. Ini kan malam Valentine. Harusnya kamu memberi aku kejutan yang romantis. Kita berkasih – kasihan. Apa kesalahanku?” Angela terisak. Begitu menyayat. Hati Igo juga terasa seperti teriris. Igo juga tidak tega, tapi dia harus melanjutkan biar semuanya jelas.

“ Harusnya malam ini tidak pernah ada. Malam itu, setahun yang lalu harusnya aku nganterin kamu pulang. Tapi aku mana tau kamu masih tinggal dikamarku.”

“ Kamu nyesel kita pernah ketemu?” Igo menggeleng.

“ Aku nggak tau. Tapi yang pasti, kamu hal istimewa yang pernah aku miliki.”

“ Jadi kita gak harus putus, kan?”

“ Nggak bisa. Maaf, Ngel, aku harus nganterin kamu pulang malam ini.” Igo mengambil jaket, memakai sepatu kets, topi dan batere. Digandengnya tangan Angela ke luar kamar. Tangan itu begitu lembut seperti kapas. Dingin seperti es. Igo jadi tak tega melihat wajahnya yang semakin pucat karena kesedihan yang begitu dalam.

Dengan hati – hati Igo mengluarkan mobilnya dari garasi. Dia sengaja mendorongnya sampai di jalan depan rumah, supaya bunyi mesinnya ketika dihidupkan tidak membuat keluarganya terbangun. Angela duduk diam disebelahnya. Matanya basah air mata.

“ Tunjukkan di mana kamu tinggal.” Angela hanya mengangguk pasrah. Perpisahan ini memang sangat berat buatnya. Tapi kalau Igo sudah tak menghendaki hubungan mereka, dia bisa apa lagi? Dia nggak bisa memaksa Igo untuk menerimanya. Angela sadar diri. Hubungan mereka sangat tak mungkin. Mungkin bisa saja dia memaksakan diri, tapi kasihan Igo. Igo pasti sangat tertekan kalau dia terus – terusan muncul dikamarnya setiap malam.

Angela menyebutkan suatu tempat. Igo tahu betul daerahnya itu. Tepatnya di mana, biar Angela nanti yang menunjukkan. Beberapa jam kemudian, mereka sudah di pinggiran Kota Bandung. Mereka memasuki perkampungan yang begitu lengang.

“ Stop di sini.”

“ Ini tempatmu?” Igo memandangi pintu pagar besi tinggi berukir itu. Angela mengangguk.

“ Kamu mau nganterin aku masuk?” Igo mengangguk.

“ Untuk yang pertama dan terakhir kalinya, aku ingin melihat tempatmu.”

“ Kamu nggak ingin datang lagi lain kali?” Igo menggeleng.

“ Setahun sudah cukup untuk kita saling mengenali.” Angela memalingkan muka, menyembunyikan air matanya. Digandengnya tangan Igo mendekati pintu pagar besi itu. Igo menginjakkan kaki ke dalam, matanya dibikin terkagum – kagum melihat pemandangan yang terpampang di depannya. Tempat itu nampak terang benderang, padahal di luar gelap karena malam. Mungkin karena lampu tama nada di setiap sudut tempat itu. Taman itu begitu hijau dan asri. Rumah Angela indah banget. Besar dan kelihatan sangat kokph. Sungguh diluar dugaan Igo semula.

Sayang Igo tak bisa melihat anggota keluarga yang lain karena mereka sekarang tinggal di luar negeri. Untungnya Igo masih bisa melihat gambar mereka dari foto keluarga yang terpasang di dinding ruang tamu. Angela anak pertama dari tiga bersaudara. Dua adiknya cowok. Kata Angela dia yang paling disayang karena cewek sendiri.

“ Ini piano kesayanganku.” Angela mengelus sebuah piano.

“ Sebelum kamu pulang, aku akan memainkan satu lagu buat kamu. Ini lagu kesayanganku dua tahun terakhir ini. Dan semakin aku sukai sejak kita ketemu. Be My Valentine.”

Tak lama kemudian mengalunlah dentingan indah dari ujung – ujung jari Angela ketika menyentuh tuts – tuts piano. Mata Igo terpejam, menghayati irama yang begitu lembut di telinga dan menyentuh hatinya.

* * *

Matahari bersinar hangat memasuki kaca jendela dan menerpa wajah Igo. Perlahan Igo membuka mata. Seketika dia terperincing ketika cahaya menyilaukan masuk ke retinanya.Beberapa detik Igo agak bingung dengan suasan di sekelilingnya. Semua perabotan rumah itu ditutup kain putih kumal yang sudah berdebu. Di semua sudut ruangan dipenuhi sarang laba – laba. Dindingnya retak disana – sini. Banyak barang – barang yang telah lapuk termakan waktu. Beberapa lukisan miring karena pakunya yang mulai longgar.

Teg! tiba – tiba mata Igo tertuju pada foto keluarga Angela bersama kedua orangtua dan kedua adik lelakinya. Seketika Igo dilanda kengerian yang amat sangat. Dia harus segera keluar dari rumah tua itu. Tapi kakinya terasa kaku. Sulit banget digerakkan.

Pag..pag..pag…! lagi – lagi Igo kaget, sampai terjingkat dari tempatnya. Untunglah, karena dia jadi bisa beranjak dari tempat itu. Seekor burung keluar dari sarang yang dibangun diatas langit – langit rumah tua itu. Igo terus berlari dan berlari ke luar. Dia janji tak akan kembali ke tempat menyeramkan itu lagi.

Igo jadi ingat pertama kali ketemu Angela. Malam itu tepat malam Valentine. Dia dan teman – teman cowoknya yang sama – sama jomblo iseng main Jailangkung. Ketika permainan usai dan mereka semua pulang, hingga tinggal Igo sendirian di kamarnya, muncullah sosoknya yang cantik bak bidadari. Sayang Angela tak bisa diusir begitu saja. Dia minta diantarkan ke tempat asalnya. Tapi Igo tak pernah ada waktu untuk memenuhi segala omong kosong itu. Dia berusaha mengusir dengan doa – doa yang dia bisa. Angela memang kemudian pergi, tapi hanya sebentar. Setelah itu kembali lagi. Dia memohon supaya jangan diusir lagi. Dia kemudian menawarkan suatu bentuk persahabatan. Dan gilanya Igo menerima. Sejak itu mereka terlibat hubungan percintaan yang aneh dan rumit. Tapi kemudian Igo sadar, itu sangat nggak mungkin. Mereka harus segera berpisah. Dan malam itulah Igo mengakhiri segalanya. Angela memang akhirnya bisa menerima. Mereka sama – sama terluka.

Sejak malam itu, di rumah tua bekas Angela dan keluarganya dulu pernah tinggal, setiap malam selalu terdengar suara tangisan Angela yang mengiba. Dia hanya minta disayang dan dicintai. Dia hanya menagih “ sang hidup “ yang pernah janji padanya untuk memberi cinta. Menagih janji calon kekasihnya yang malam ini akan menjemputnya merayakan Valentine berdua. Mungkin si dia ingin menyatakan cinta. Tapia pa daya, siang harinya perampok sialan itu datang dan mengobrak – abrik seluruh hidupnya. Membuat nyawanya tercabut sia – sia. Dan setelah peristiwa itu keluarganya pun meninggalkan rumah mereka. Dan Angela tinggal sendiri dalam kesepian panjang entah kapan berakhir.

Tapi Angela harus berterima kasih pada Igo. Piling tidak, dia tahu bagaiman rasanya punya kekasih. Mungkin hutang “ sang hidup ‘ padanya telah terbayar walau tak tuntas.

* * *

Yudith Tesalonika

11107819

3 KA 04

1 komentar: